Jumat, 12 Maret 2010

DJ cewe, why not?

PANGGUNG hiburan musik yang berelemen disc Jockey, belakangan ini kian marak saja dengan bermunculannya dejeey-dejeey cewek, menyusul suksesnya sosok cewek seperti DJ Davina dan DJ Milinka dua tahun belakangan ini.

Sukses Davina dan Milinka sebagai DJ ternama di Jakarta, tak pelak lagi turut memberi warna pada dunia dugem. Dalam dua tahun terakhir, perkembangan DJ perempuan di kota ini sangat pesat. Bahkan jumlahnya bisa dua kali lipat dibanding tahun lalu. Selain itu, perubahan paradigma mengenai profesi sebagai DJ juga sudah berubah. Jika dulu DJ hanya dipandang sebelah mata, kini DJ punya prospek menjanjikan dan bisa jadi sumber mencari nafkah.

Foto: Istimewa

Foto: Istimewa

Sebenarnya jumlah DJ perempuan belum bisa menyamai jumlah rata-rata DJ lelaki. Memang belum ada lembaga resmi yang menghitung berapa total jumlah DJ. Tapi menurut perkiraan kasar, jumlah DJ perempuan di Jakarta baru seperempat dari total jumlah DJ laki-laki.

“Profesi sebagai DJ masih didominasi kalangan lelaki. Tapi sekarang mulai banyak kaum perempuan yang belajar untuk jadi DJ,” kata Beernuli (32), Pemilik Rumus DJ School.

Beernuli menambahkan, DJ perempuan memang lebih menarik dibanding lelaki. Dan itu menjadi nilai plus dalam menggaet penonton. Apalagi pengunjung diskotek maupun club & lounge kebanyakan kaum adam. Kehadiran DJ perempuan jelas menjadi magnet tersendiri.



"DJ cewek saat ini sedang laris, karena dianggap sebagai sesuatu yang berbeda. Namun keterampilannya tetap membuat crowd stay dan tidak beranjak, untuk mendengarkan musiknya adalah yang menentukan," kata DJ yang memiliki nama asli Rendy Rudolf ini.

Menurut Audi (17) salah satu murid perempuan yang belajar DJ di Rumus School, alasan dia belajar di DJ karena ia suka musik classic disco dan dance, dan dengan ia menjadi DJ ia bisa mengekspresikan musik yang ia sukai kepada penonton.

Audi mengaku, awalnya ketika ia memutuskan untuk belajar nge-DJ sempat dilarang oleh orangtuanya, karena selama ini DJ mempunyai image yang buruk, tapi setelah ia jelaskan bahwa tidak semua DJ itu tidak baik lama kelamaan orantuanya bisa menerima, “DJ itu 'kan pemusik, sama seperti pemain gitar pada sebuah band, atau pemain gendang, tapi mengapa hanya DJ yang selalu di konotasikan buruk? Jadi, semua itu kembali lagi ke individu si DJ tersebut. Jika ia bisa menahan diri, maka ia tidak akan terjerumus ke dalam hal-hal negatif,” ungkap cewe yang masih duduk di kelas 3 SMU ini.



Dengan keberadaan DJ perempuan yang semakin menjamur, bukan tidak mungkin, kehadiran kaum hawa di balik meja DJ bisa menggeser dominasi para lelaki. Namun hal itu tidak terlalu merisaukan Revo salah satu DJ lulusan Rumus DJ School.

Revo sendiri melihat sisi positif dari booming DJ perempuan. Menurutnya, hal itu malah bisa membantu regenerasi DJ. Ia juga tidak takut akan tersaingi oleh kehadiran DJ perempuan yang jauh lebih menarik. “Semua punya pasar masing-masing. Jadi saya tidak takut akan kehilangan pekerjaan akibat kehadiran DJ perempuan,” katanya.


http://www.tnol.co.id/en/hobby/music/721-zaman-emansipasi-perempuan-boleh-juga-jadi-dj.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar