Jumat, 12 Maret 2010

Profesi Shii Disc Jockey VS Nightlife Society

Tak dapat dipungkiri bahwa profesi ini dekat dengan kehidupan malam Jakarta. Dari pub, club, lounge, bar dan tempat sejenisnya. Prime time umumnya dimulai pukul sebelas malam sampai menjelang dini hari pukul tiga pagi. Hotspot hangout wajib para party goers sebut saja di bilangan Kemang, sekitaran Asia Afrika sampai Sudirman berujung di Thamrin.

Semua mengkonotasikan tempat-tempat pengumbar kenikmatan surgawi ini rentan terhadap sex, drugs dan alkohol. DJ Lukas secara jujur mengakui hal ini. “Beberapa DJ bahkan menenggak alkohol dan drugs untuk mendukung performanya. Alkohol membawa efek endhorpin, membuat mereka merasa bahagia dan senang. Dan, ini memang tugas utama seorang DJ. Salah satu prestasi terbaik seorang DJ adalah membawa crowd yang awalnya cuma duduk-duduk dan berdiri tegak, tiba-tiba nyelongsor kesana – kemari bahkan harus di bopong pulang karena sudah tidak sadar lagi”, ungkap DJ yang sempat vakum di tahun 2007 lantaran mendapat dinas luar dari kantornya, tertawa geli mengenang pengalaman lucu tak terlupakan selama menjadi disc jockey.

Tanggapan negatif, dari pihak keluarga khususnya, tidak ada. Selama kita mampu membawa diri dalam bekerja baik-baik, alias tidak macam-macam seperti nge-drugs, hangover berlebihan. Yang penting sih mampu membagi waktu antara nightlife dan keluarga atau lingkungan.

Sumber : http://qbheadlines.com/lifestyle_bwh.php?aid=213&flag=1&cat=7&baru=0

1 komentar: